KISAH HIKMAH SEORANG BADUY
KISAH SEORANG BADUY YANG
MENGHISAB ALLAH SWT
Masa
Rasulullah SAW merupakan periode terbaik dan bahagia bagi para sahabat maupun
seluruh umat muslim karena mereka dapat secara langsung bertemu dengan Sang
kekasih Allah SWT. Akan tetapi, kebahagiaan ini hampir tidak dirasakan oleh
salah seorang sahabat yang shaleh yaitu seorang lelaki asal Badui. Tempat
tinggalnya sangat jauh dari Madinah (rumah Rasulullah SAW) dan keadaan ekonomi yang terbatas menyebabkan lelaki asal
Badui belum pernah menghadap dan bertemu langsung dengan Rasulullah SAW. Ia
berbai’at memeluk Islam dan belajar peribadatan serta hal lainnya mengenai
Islam melalui para pemuka kabilahnya yang pernah mendapat pengajaran dari Nabi
Muhammad SAW. Sungguh dengan keterbatasannya tersebut ia mampu menjadi seorang
mukmin yang sebenarnya, bahkan ia sangat mencintai Rasulullah SAW.
Suatu
ketika ia mendapat kesempatan untuk melakukan ibadah Umrah bersama rombongan
dari kabilahnya ke Mekkah. Akan tetapi, ia terpisah sendirian dari rombongannya
ketika melakukan thawaf. Oleh karena keterbatasan kemampuannya dalam menghafal,
maka selama thawaf do’a dan dzikir yang ia selalu terus diulang-ulang adalah
Asma Allah SWT berupa “Ya Kariim, Ya Kariim.....”. Di tengah kekhusyu’an nya
ketika berdzikir, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang ikut berjalan di
belakangnya terus-menerus sambil melafazdkan dzikir yang sama yaitu “Ya Kariim,
Ya Kariim.....!!”.
Kemudian
lelaki yang berasal dari Badui tersebut bergegas pindah dan menjauh dari tempat
itu (bergerak lebih cepat) sambil terus berdzikir karena ia menyangka lelaki
yang mengikutinya hanya memperolok dirinya. Akan tetapi, bergerak kemanapun Si
Badui terus diikuti dan mengucapkan lafaz dzikir yang sama. Akhirnya, Si Badui
berpaling menghadap lelaki yang mengikutinya dan berkata, “Wahai orang yang
berwajah cerah dan berbadan indah, apakah anda memperolok-olokkan aku ? Demi
Allah jika tidak karena wajah mu yang cerah dan badan mu yang indah, tentu aku
sudah mengadukan kamu kepada kekasihku....”.
Lelaki
itu berkata, “Siapakah kekasih mu itu ?”
Si
Badui berkata, “Nabiku, Muhammad Rasulullah SAW !!!”.
Lelaki
itu tampak tersenyum mendengar penuturannya, kemudian berkata, “Apakah engkau
belum mengenal dan bertemu dengan Nabimu itu , wahai saudaraku Badui ?”.
“Belum...!!”
Kata Si Badui.
Lelaki
itu berkata kembali, Bagaimana mungkin engkau mencintainya jika engkau belum
mengenalnya ? Bagaimana pula dengan keimananmu kepadanya ?”.
Si
Badui berkata, “Aku beriman atas kenabiannya walau aku belum pernah melihatnya,
aku membenarkan kerasulannya walau aku belum pernah bertemu dengannya...!!”.
Lagi-lagi
lelaki itu tersenyum dan berkata, “Wahai saudaraku orang Badui, aku inilah
Nabimu di dunia, dan pemberi syafa’at kepadamu di akhirat...!!”.
_Memang
, lelaki yang mengikuti Si Badui itu tidak lain adalah Rasulullah SAW yang juga
sedang beribadah umrah. Sengaja beliau mengkuti perilaku Si Badui karena beliau
melihatnya begitu polos dan “unik”, menyendiri dari orang-orang lainnya, tetapi
tampak jelas begitu Khusyu’ menghadap Allah SWT dalam Thawafnya._
Si
Badui tersebut memandang Nabi SAW seakan tak percaya hingga matanya
berkaca-kaca. Kemudian ia mendekat kepada Rasulullah SAW sambil merendah dan
akan mencium tangan beliau. Tetapi Nabi SAW memegang pundak si Badui dan
berkata, “Wahai saudaraku, jangan perlakukan aku sebagaimana orang-orang asing
memperlakukan raja-rajanya, karena sesungguhnya Allah SWT mengutusku bukan
sebagai orang yang sombong dan sewenang-wenang. Dia mengutusku dengan
kebenaran, sebagai pemberi kabar gembira (yakni akan kenikmatan di surga) dan
pemberi peringatan (akan pedihnya siksa api neraka)...”.
Lelaki
asal Badui tersebut maih berdiri termangu dan tampak jelas kegembiraan dari
matanya karena bertemu dengan Rasulullah SAW. Tiba-tiba Malaikat Jibril AS
turun kepada Nabi SAW, untuk menyampaikan salam dan penghormatan dari Allah SWT
kepada beliau. Selain itu, Allah SWT juga sekaligus memerintahkan beliau untuk
menyampaikan beberapa kalimat kepada lelaki asal Badui tersebut yang berbunyi: “Hai
Badui, sesungguhnya kelembutan dan kemuliaan Allah (yakni makna Asma Allah SWT
dari Al Karim) bisa memperdayakan, dan Allah akan menghisab
(memperhitungkan)-nya dalam segala hal, yang sedikit ataupun yang banyak, yang
besar ataupun yang kecil.....”
Kemudian
Rasulullah SAW pun menyampaikan kalimat tersebut kepada Si Badui, dan Si Badui
berkata, “Apakah Allah akan menghisabku, ya Rasulullah??”
“Benar,
Dia akan menghisabmu jika Dia menghendaki...” Kata Nabi SAW.
Tiba-tiba
Si Badui mengucapkan sesuatu yang tidak disangka-sangka, “Demi Kebesaran dan
Keagungan-Nya, jika Dia menghisabku, aku juga akan menghisab-Nya...!!”
Dan
sekali lagi Rasulullah SAW tersenyum mendengar pernyataan lelaki asal Badui
tersebut. Kemudian beliau bersabda, “Dalam hal apa engkau akan menghisab
Tuhanmu, wahai saudaraku Badui ?”
Si
Badui berkata, “Jika Tuhanku menghisabku atas dosaku, aku akan menghisab-Nya
dengan maghfirah-Nya, jika Dia menghisabku atas kemaksiatanku, aku akan
menghisab-Nya dengan Afwan (pemaafan)-Nya, dan jika Dia menghisabku atas
kekikiranku, aku akan menghisab-Nya dengan kedermawanan-Nya....”
Rasulullah
SAW begitu terharu dengan jawaban Si Badui itu sampai menangis meneteskan air
mata yang membasahi jenggot beliau. Jawaban yang sederhana, tapi mencerminkan
betapa “akrabnya” Si Badui tersebut dengan Tuhannya. Betapa tinggi tingkat ma’rifatnya
kepada Allah SWT. Padahal dia belum pernah mendapat didikan langsung dari Nabi
SAW.
Sekali
lagi Malaikat Jibril Asturun kepada Rasulullah SAW dan berkata, “ Wahai
Muhammad, Tuhanmu, Allah As Salam mengirim salam kepadamu dan berfirman:
Kurangilah tangismu karena hal itu melalaikan malaikat-malaikat pemikul Arsy
menjadi lalai dalam tasbihnya. Katakan kepada saudaramu, SI Badui, ia tidak
usah menghisab Kami dan Kami tidak akan menghisab dirinya, karena ia adalah
(salah satu) pendampingmu kelak di surga....!!!”
Semoga
kisah ini bisa menginspirasi hidup kita untuk menjadi lebih baik dan bijaksana
dalam mengarungi kehidupan di dunia ini.
Wallahu’alam
bishawab.....

Comments
Post a Comment