LOKA-LATIH METODE FIAT (FOREST INTEGRITY ASSESSMENT TOOLS) UNTUK MONITORING HCV
Sebagaimana panduan di dalam penyusunan Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi/High Conservation Value (KNKT/HCV) terdapat tiga proses yang perlu dilakukan oleh suatu unit manajemen. Ketiga proses tersebut adalah identifikasi, pengelolaan, dan monitoring. Ketiga proses tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya sehingga hasil akhir dari proses-proses tersebut diharapkan dapat menjadi sebuah continual improvement. Dengan demikian, sebuah adaptif manajemen sangat didorong di dalam penerapannya.
Gambar 1 Tujuan sifat pengelolaan HCV (Sumber: FSC-Indonesia)
Umumnya proses
identifikasi kawasan HCV tidak bersifat menyeluruh atau dengan kata lain
terdapat gap dari wilayah-wilayah
lain di dalam suatu kawasan unit manajemen yang mungkin belum teridentifikasi.
Dengan demikian, luasan dan nilai dari HCV masih mungkin bertambah dari hasil
awal identifikasi. Sementara itu, sebagian besar unit manajemen telah banyak menggunakan
metode monitoring yang bersifat detail, plot yang bersifat permanen, dan
wilayah sampling yang relatif kecil.
Oleh karena itu, kecenderungan suatu HCV diasumsikan hanya ada dua
perkembangan, yaitu tetap (stationer)
atau menurun/rusak/berkurang. Di samping itu, banyak unit manajemen yang masih
belum memiliki bentuk tepat di dalam pengelolaan dan pemantauan Kawasan HCV
setelah awal proses identifikasi dilakukan.
Metode
FIAT hadir dalam upaya mengisi keberadaan gap
tersebut karena FIAT cenderung sederhana, tidak memerlukan tenaga ahli biologi,
dan dapat mencakup wilayah sampling
luas. Oleh karena itu, kegiatan “Lokakarya-Pelatihan (Loka-Latih) Pengembangan
Metode FIAT untuk Monitoring NKT” diadakan oleh USAID-LESTARI pada tanggal 10
sampai 11 Maret 2020 yang bertempat di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW),
Cibadak-Sukabumi. PT. Ratah Timber bersama peserta lainnya dari beberapa
perwakilan IUPHHK-HA (PT. Intracawood Manufacturing, PT. Gunung Gajah Abadi,
PT. Wijaya Sentosa, PT. Erna Djuliawati, PT. Dwima Jaya Utama, dan lain-lain),
LSM (Tropenbos Indonesia dan Proforest), serta APHI dan FSC-Indonesia
berpartisipasi di dalam kegiatan loka-latih tersebut.
Gambar 2 Kegiatan pengisian template dan penilaian FIAT
Kegiatan loka-latih
ini memberikan berbagai pengalaman dan pengetahuan keilmuan yang baru bagi kami
sebagai unit manajemen. Metode FIAT menjadi solusi bagi unit manajemen di dalam menilai
dan memonitor kondisi hutan terutama Kawasan HCV dengan lebih efisien. Metode
ini dapat dikerjakan secara teknis oleh setiap karyawan di dalam unit manajemen
sehingga menjadi sesuatu yang memungkinkan apabila seluruh karyawan/pekerja di
dalam unit manajemen menjadi aktor sebagai pengawas yang memonitoring kondisi
hutan terutama kawasan HCV. Setiap karyawan dapat memonitor dengan mengsisi template/form yang telah tersedia dan
dibuat sebelumnya melalui 2 pilihan jawaban yaitu “iya/tidak”.
Gambar 3 Template/form metode FIAT
Selain
itu, template/form yang dibuat juga
dapat disesuaikan isinya (indikator-indikator) berdasarkan kondisi
karakteristik dari ekosistem hutan yang dimiliki oleh suatu unit manajemen.
Indikator-indikator tersebut dapat selalu di-improve apabila dalam hasil monitoring ditemukan sesuatu hal/kunci
yang baru ditemukan di dalam hutan ataupun unit manajemen. Selanjutnya, hasil
dari pengisian template/form tersebut
akan menghasilkan skor/nilai yang menggambarkan kualitas integritas hutan
terutama Kawasan HCV yang dimiliki oleh unit manajemen. Bahkan, metode ini juga
dapat diaplikasikan untuk areal-areal produksi (blok RKT).
Gambar 4 Contoh hasil metode FIAT (Sumber: USAID-LESTARI)







Comments
Post a Comment